Saturday, September 4, 2010

Sebuah Kajian Tentang Pembentukan Bahasa Indonesia Menurut Teori Pijin Dan Kreole


Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyatakan suatu pesan dari si penutur kepada si pendengar. Bahasa merupakan sesuatu yang sistematis dan terstruktur secara linguistik. Bahasa terbentuk dan berkembang dari hubungan sosial masyarakat secara alamiah bukan dari rancangan para profesor ataupun komputer secara matematis. Dari beragamnya penutur-penutur bahasa maka sudah pasti akan memunculkan variasi-variasi bahasa baru. Dalam kajian linguistik, contoh-contoh variasi bahasa diantaranya adalah pijin dan kreol. Beberapa ahli bahasa di Indonesia berpendapat bahwa bahasa Indonesia termasuk dalam kategori kreol dan sebagian mengatatakan bahasa Indonesia bukanlah kreole ataupun pijin. Untuk menjawab pertanyaan itu, pertama kali kita harus benar-benar memahami apa yang disebut pijin dan kreol serta bagaimana proses berkembangnya. Kedua, ketika seseorang menyebut suatu bahasa itu kreol atau pijin dan mungkin juga bukan keduanya, maka seharusnya terlebih dahulu bahasa tersebut telah terbukti secara historis tentang asal-usulnya


Pijin andalah bahasa pertama yang berkembang sebagai alat komunikasi antar dua kelompok atau lebih dan dengan kata lain merupakan bentuk bahasa kontak yang digunakan oleh orang orang yang berlatar belakang bahasa yang berbeda beda. Pijin merupakan bahasa marginal yang muncul untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan komunikasi tertentu diantara orang yang tidak mempunyai bahasa pokok tersebut. Bahasa ini juga biasa disebut “bahasa dagang” karena sering digunakan oleh para pedagang yang belainan latarbelakang bahasanya. Dalam proses transaksinya mereka menggunakan bahasa baru atau pijin ini untuk mempermudah proses jual beli mereka. Namun bahasa ini juga hanya dimengerti oleh kelompok yang membuat bahasa tersebut saja. Sebuah pijin tidak mempunyai standarisasi, otonomi, historisitas, dan vitalitas.


Kreol muncul ketika pijin tersebut menjadi bahasa ibu dari komunitas penutur tersebut. Pada mulanya bahasa ini mempunyai kosa kata yang sederhana dan diambil dari bahasa yang dominan atau bahasa induk yang menjadi akar terbentuknya bahasa pijin. Namun, ketika mengalami proses kreolisasi, tata bahasanya mengalami perkembangan sehingga menjadi bahasa yang stabil dan telepas dari bahasa induknya. Bahasa ini terus memperkaya kosakata-kosakata yang berasal dari para penutur pijin tersebut.


Berkembangnya kreol dari sebuah pijin dengan dua cara yaitu ketika para penutur dari bahasa pijin tersebut berada dalam posisi dimana mereka tidak bisa lagi berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu mereka masing masing dan ketika sebuah pijin menjadi sangat berguna sebagai lingua franca dan bahkan digunakan oleh orang-orang yang mempunyai bahasa ibu yang sama. Sebagai contohnya adalah para orang tua yang secara ekstensif menggunakan pijin dalam percakapan sehari-hari baik di pasar, kantor, ataupun tempat umum dan bahkan digunakan di dalam rumah. Dari sinilah anak anak mempelajarinya sebagai salah satu bahasa ibu mereka.


Bahasa indonesia adalah bahasa nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam supah pemuda 28 Oktober 1928 dan di sahkan dalam pasal 36, UUD 1945. Bahasa ini diambil dari bahasa Melayu Pustaka atau Melayu Tinggi di Riau.

Untuk meneliti lebih jauh tentang hakikat bahasa Indonesia, penelusuran historis suatu bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk itulah kita harus membuka kembali sejarah bahasa yang menjadi akar bahasa indonesia yaitu dengan menelusuri perkembangan bahasa Melayu abad ketujuh, zaman Sriwijaya, dan perkembanganya sebagai lingua franca mulai dari pelabuhan-pelabuhan di India sebelah barat sampai ke wilayah Maluku sebelah timur, hingga pada zaman kolonial Belanda.

Menurut fakta yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1990); bahwa bahasa Melayu Pustaka atau Melayu tinggi tersebut ketika sebelum diangkat menjadi bahasa Indonesia, bahasa ini sudah melalui standarisasi yang distandarkan oleh Ch. A. Van Ophuijsen, seorang sarjana Belanda. Bahasa Melayu ini sudah digunakan dalam sistem pendidikan di sekolah-sekolah kolonial Belanda dan Ketika diangkat menjadi bahasa Indonesia dalam sumpah pemuda tahun 1928 bahasa Melayu telah merupakan bahasa penuh (full-fledged language) dan menjadi bahasa ibu dari masyarakat yang tinggal di wilayah Sumatera sebelah timur, Riau dan Kalimantan; dan bahasa ini puntelah mempunyai kesusastraan.

Disamping bahasa Melayu yang full-fledged itu terdapat pula variasi lain yang disebut bahasa Melayu Pasar yang digunakan oleh pedagang-pedagang China, dan oleh orang-orang Belanda dalam berbicara dengan orang orang pribumi yang dijajahnya. Bahasa melayu pasar ini jelas merupakan pijin. Terdapat pula sejumlah kreole yang berdasar bahasa Melayu, seperti bahasa Melayu Manado, Melayu Timor, dan Melayu Ambon, yang hingga kini tidak mempunyai kesusastraan. Dialek dialek Melayu yang nonstandar juga tersebar di mana-mana seperti dialek Melayu Langkat, Melayu Deli, dan Melayu Jakarta. Begitu juga dialek-dialek regional yang ada di semenanjung Malaya dan masyarakat bukan Melayu di Indonesia sudah mengenal bahasa Melayu, baik yang berupa bahasa Melayu Pasar maupun yang berupa Melayu Tinggi (=standar) yang diajarkan di sekolah-sekolah.


Secara keseluruhan kalau kita kaitkan antara sejarah bahasa Indonesia dengan gambaran sebuah pijin ataupun kreole, jelas sangat berbeda sekali dan disamping itu bahasa-bahasa pijin dan kreole tersebut tidak memiliki dasar standarisasi, otonomi, historisitas dan vitalitas. Walaupun sebuah kreole mempunya dasar vitalitas. Bahasa Indonesia bukanlah pijin ataupun kreol, karena jelas dalam prosesnya tidak melahirkan bahasa baru. Peranan pijin dan kreole yang berdasarkan bahasa Melayu, dan adanya dialek-dialek regional memudahkan penerimaan, penumbuhan, dan penyebaran bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.




Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. And Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Collins. James T. 2009. Bahasa Sanskerta dan Bahasa Melayu. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama

Sumarsono, 2002. Sosiolinguistik.Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Todd, Loreto. 1974. Pidgins and Creloes. London and Boston: Routledge and Kegan Paul.


0 comments:

Post a Comment